MELIPUR LARA DI JEPARA SAAT KEHABISAN TIKET KE KARIMUN JAWA

(If you want to see the english version please click this link.)

Bukan cerita luar biasa saat mendengar pelancong kehabisan tiket ke Karimun Jawa, apalagi di musim-musim tertentu. Ditambah dengan jadwal KMP Muria yang cenderung tidak pasti dan kapal akan langsung berangkat meski lebih cepat dari jadwal bila kapal sudah penuh.

Tapi menunda sehari atau dua hari di Jepara tidak harus menjadi pilihan yang menyebalkan. Karena Jepara juga tempat wisata. Apa yang bisa diexplore disana?

Mencari tahu lebih dalam tentang sosok Kartini, di tanah kelahirannya – Jepara. Tanggal  30 Desember 2011, saya – Gita, dan wanita cantik blasteran India – Ama, benar-benar dibuat kagum pagi itu oleh lukisan di dinding yang melukiskan sekilas kehidupan Kartini. Langsung kami bisa menyimpulkan kalau gambar itu tidak hanya dibuat dengan tangan tapi dengan penuh penghayatan. Semua detail bukan dibuat tanpa makna dan tujuan, tapi punya cerita. Semua detail mendukung pendokumentasian pribadi dan kehidupan pahlawan wanita Indonesia – Kartini. Museum itu belum buka saat kami kunjungi, karena kami datang terlalu cepat, jam 9 pagi. Namun supir yang kami sewa untuk berkeliling mengusahakannya dengan baik, sehingga pintu dibuka lebih cepat untuk kami. Ketika memasuki ruangan itu kami disambut dengan lukisan besar R.A. Kartini yang berwibawa. Hanya beberapa langkah dari lukisan itu, kami mendapati sebuah ukiran tulisan dengan ukuran besar. Di dalamnya ada penjelasan yang dengan tepat menceritakan apa saja yang ada di museum ini. Begini tulisannya : TUJUAN MENDIRIKAN MUSEUM KARTINI : 1. Mendokumentasikan dan memamerkan peninggalan berupa benda-benda, pakaian-pakaian, karya tulis Kartini , 2. Memvisuilkan kehidupan Kartini, 3. Pusat koleksi dan dokumentasi benda-benda bersejarah dan budaya yang tersebar di daerah Jepara, 4. Menjadi tempat penelitian ilmiah….. dan 3 tujuan lainnya. Tidak rugi kami bangun pagi dan menyempatkan diri melihat-lihat museum ini. Bagi yang suka sejarah atau ingin selingan diantara adventure alam, sempatin deh kunjungi Rumah Kartini, pasti nggak akan menyesal.

Jepara - Rumah Kartini
Jepara – Rumah Kartini

Trio situs wisata – Pantai Portugis, Benteng Portugis dan Pulau Mandalika. Satu setengah jam dari Rumah Kartini, kami akhirnya tiba di situs wisata lain. Situs ini saya suka sebut sebagai Trio. Karena ketiga hal ini seperti menjadi satu paket untuk orang-orang yang ingin melancong kesana. Sangat menyenangkan berada disana, dalam satu kali pandangan saja, kita bisa lihat gunung dan laut. Pemandangan  ini, kurang lebih sama dengan Amed. Hanya bedanya di Amed kita bisa lihat pasir, dan di sini – bebatuan. Inilah yang membuat pemandangan lebih unik dibandingkan dengan pemandangan laut lainnya. Dari Pantai Portugis, kita bisa lihat Pulau Mandalika. Bagi kalian yang suka mancing dengan tantangan, Pulau Mandalika adalah spot yang bagus. Disini juga ada situs sejarah, namanya juga Portugis, pasti dengan mendengar namanya saja, kita sudah bisa pastikan kalau ini ada hubungannya dengan penjajahan. Ya benar. Pada masa penjajahan Portugis dulu, benteng ini digunakan oleh penjajah untuk mengintai musuh atau mengawasi kapal-kapal yang lewat dan datang. Untuk melihat peninggalan sisa perang, kita bisa kuras sedikit tenaga dan naik ke puncak Benteng Portugis. Tidak hanya peninggalan sisa perang yang bisa kita lihat, tapi juga pemandangan laut yang menyenangkan. Kita bisa lihat ke segala penjuru dari situ. Nggak susah kok naiknya, karena pemerintah setempat sudah sediakan tangga khusus untuk naik.

Jepara - Benteng Portugis
Jepara – Benteng Portugis

Selesai menikmati waktu di Benteng Portugis, kami masih punya banyak tempat yang ingin kami kunjungi. Goa Tritis, Air Terjun Songgolangit (juga sering disebut Jurang Nganten), Air Terjun Banyu Anjlok, lihat-lihat rumah joglo yang masih original berikut dengan wood carvingnya, liat kerajinan kain troso, belanja perhiasan monel, sampai makan duren di Pasar Ngabul. Pengennya sih dilakuin semua, tapi apa daya, waktu dan tenaga kami terbatas.

JEPARA TOURISM MAP
JEPARA TOURISM MAP. (Courtesy from xplorejepara.com)

Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Air Terjun Songgolangit. Air Terjun ini terletak 30 km menuju utara dari pusat kota Jepara, berada di Desa Bucu. Selain dengan nama Air Terjun Songgolangit, Air Terjun ini juga dikenal dengan nama Jurang Nganten. Sesuai dengan legenda yang membelakangi keberadaan air terjun ini. Dua pengantin yang tidak direstui orang tuanya,kawin lari, kemudian jatuh ke jurang saat mereka melewati sungai dengan kereta yang ditarik oleh kerbau. Kurang lebih begitu lah legendanya. Mendengar cerita itu, saya langsung teringat cerita Romeo dan Juliet. Mungkin ini versi Indonesianya. Alah, ngelantur.. Saat memasuki situs ini, saya pribadi sangat terkejut dengan pesonanya, tidak hanya pesona air terjunnya, tapi juga pemandangan menuju situs wisata ini – kita bisa nikmati gunung dan hamparan sawah padi selama perjalanan. Jurang Nganten memang benar-benar jurang, sangat terjal. Saya bisa rasakan percikan air sedikit mengenai muka saya, seperti angin tapi berair. Sangat indah. Namun sayangnya, kita hanya bisa jadi penikmat pemandangan. Tidak diperkenankan bagi pengunjung untuk berenang di bawah Air Terjun itu, terlalu bahaya katanya. Yang menarik adalah ada 2 air terjun kecil yang berada tidak jauh dari Air Terjun utama. Karena kedua air terjun kecil itu berdiri bersebelahan seperti pasangan. Di pikiran saya, mungkin itu jelmaan Romeo dan Julietnya Jepara.. Hihihi.. Ada pemandangan lain yang kami perhitungkan sebagai pemandangan yang unik. Seekor sapi menyeberangi sungai kecil dari sisi sepasang air terjun itu sampai ke sisi kami berdiri tanpa tergelincir.

Jepara - Air Terjun Songgolangit
Jepara – Air Terjun Songgolangit

Kami punya 2 alasan, kenapa kami memilih untuk mengunjungi Air Terjun Songgolangit saja. Pertama, kami sudah mencoba pergi ke Air Terjun Banyu Anjlok, tapi situsnya sangat sulit untuk digapai. Ban mobil yang kami ingin kendarai hampir rusak dan kami harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, karena mobil tidak bisa masuk ke dalam situs mengingat sempit dan ekstremnya jalan menuju Air Terjun Banyu Anjlok yang terletak di Desa Mayong ini. Hal ini membuat kami mengurungkan niat kami melhat Air Terjun Banyu Anjlok. Alasan kedua adalah waktu, kami masih mau lihat rumah joglo yang masih original, handcrafting monel, pengrajin kain troso, wood carving dan makan duren di Pasar Ngabul.

Jepara - menuju Air Terjun Banyu Anjlok
Jepara – menuju Air Terjun Banyu Anjlok

Bahagianya kami bisa melakukan itu semua (lihat rumah joglo yang masih original, handcrafting monel, pengrajin kain troso, wood carving dan makan duren di Pasar Ngabul). Kami belanja banyak perhiasan, hihi sedikit banyak saya juga masih punya sisi wanita loh… Menariknya, ternyata mereka tidak hanya mengolah monel, tapi juga perak dan titanium. Dan ini poin paling menarik plus menyenangkannya adalah perhiasan-perhiasan itu SANGAT MURAH DAN AWET.  Gak nyesel deh beli yang banyak. Kami juga beli kain troso. Sang Pemilik Toko dengan ramah membiarkan kami melihat cara membuat kain ini. Wihiii, bonus!! Malam harinya hujan yang sangat lebat datang, tapi tidak mengurungkan niat kami untuk makan duren petruk si rajanya duren. Yummy..

Jepara - the nice closing of journey
Jepara – the nice closing of journey

Memang agak aneh kami makan desert dulu baru makan malam. Tapi siapa yang peduli?? Kami makan Bebek Goreng H. Slamet, lokasinya ada di Jl. Pemuda No.23B. Bebek goreng dengan sambal yang pedesnya menakjubkan ini membawa malapetaka nikmat di pagi hari setelah malam itu. Pagi hari tanggal 31 Desember 2011.

Kalau kamu suka dengan cerita ini, aku mohon dukungannya untuk vote aku di lomba tulis yang diadakan oleh Adira Jelajah Bumi Papua. Link nya ada di bawah ini. Makasih banget sebelumnya atas dukungan kalian 😉

http://www.jelajahbumipapua.com/home.php?link=content-detail-tulis&kode=390&jdl=MELIPUR.LARA.DI.JEPARA.SAAT.KEHABISAN.TIKET.KE.KARIMUN.JAWA